Di mesir terdapat sebuah Organisasi Islam yang dinamai Al-Ikhwan Al-Muslimun yang dipimpin Syaikh Hasan Al-Banna memperlihatkan dukungan positif terhadap kemerdekaan Indonesia.
Gerakan Ikhwanul Muslimin merupakan gerakan Persaudaraan Islamiyah atau Pan Islamisme yang gigih menentang kolonialisme Inggris di Mesir. Gerakan ini juga aktif menggalang persaudaraan di kalangan umat muslim.
Begitu mendapatkan informasi bahwa Indonesia telah memproklamasikan kemerdekaan ke seluruh dunia, Mesir langsung mengirimkan perwakilan Konsul Jenderalnya yang bernama Moh. Abdul Mun'im untuk datang ke Yogyakarta. Kunjungan Mun'im itu untuk mewakili negerinya dan membawa pesan dari Liga Arab untuk mendukung kemerdekaan Indonesia.
Ditemani Ketut Tantri (Muriel Pearson) yang menetap di Indonesia dan berprofesi sebagai penyiar radio nasional, wanita Amerika yang banyak membantu perjuangan rakyat Indonesia di masa revolusi. Mun'im menghadap Presiden Soekarno untuk menyampaikan pesan-pesan dari Liga Arab.
Reaksi kuat yang ditunjukkan di Mesir atas kemerdekaan Indonesia itulah yang akhirnya Mesir pada 22 Maret 1946 mengakui kedaulatan pemerintah Indonesia.
Maka Mesir menjadi negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia. Sebagai bukti terima kasih Indonesia kepada Pemerintah Mesir pada tanggal 7 April 1946 Presiden Soekarno mengirimkan perwakilan ke Mesir.
Pengakuan Mesir terhadap Indonesia diperkuat dengan ditandatanganinya hubungan bilateral antara Indonesia dengan Mesir di Kairo. Duta besar Belanda di Mesir berupaya keras untuk menggagalkan upaya Haji Agus Salim untuk menjalin perjanjian persahabatan antara Indonesia dengan Mesir.
Dubes Belanda bersikeras bahwa Indonesia bukanlah sebuah Negara yang merdeka dan berdaulat, melainkan masih berada di bawah kekuasaan Belanda. Oleh karena itu, segala tindakan politik yang mengatasnamakan Indonesia sebagai sebuah negara tidak diakui, kecuali atas sepengetahuan dan membawa nama pemerintah Belanda.
Perdana Menteri Nokrashi atas nama bangsa Mesir tak gentar dalam menanggapi protes Duta Besar Belanda tersebut. Ketika Belanda melancarkan Agresi Militernya pada 21 Juli 1947 delegasi Indonesia yang masih berada di Timur Tengah segera menghubungi pemerintah Mesir, perwakilan Arab dan Islam di Kairo serta Sekjen Liga Arab A.R. Azzam Pasya di New York guna membantu apa yang sedang dihadapi Indonesia.
Di bawah pemimpinan Ahmad Kasyabah Pasya Kabinet Mesir melakukan sidang membahas nasib bangsa Indonesia yang sedang mendapatkan aksi militer Belanda.
Di lain pihak para buruh Port Said dan Suez memboikot kapal-kapal Belanda yang membawa serdadu dan senjata yang akan melewati Terusan Suez. Di antara kapal Belanda yang telah diboikot salah satunya kapal Volendam. Sejak kapal tersebut tiba di Port-Said para golongan buruh dan massa Ikhwanul Muslimun langsung menyerbu kapal tersebut yang berisi militan Belanda.
Selain itu para demonstran buruh juga mengejar kapal boat pengangkut logistik yang akan memberikan pasokan kepada kapal Volendam. Tetapi aksi buruh tersebut sempat dihalangi oleh polisi pelabuhan. Di kapal tersebut juga terdapat Mr. Blackfield yang merupakan konsul Honorer Belanda dan juga direktur perusahaan yang mengurusi kapal-kapal Belanda yang berada di pelabuhan tersebut.
Puncak kepedulian masyarakat Mesir diperlihatkan pada rapat umum yang diadakan oleh partai-partai dan organisasi-organisasi masyarakat. pada rapat umum tersebut juga dihadiri Presiden Habib Burguiba dari Tunisia dan pemimpin Maroko Allal Al-Fassi. Rapat umum itu telah menyetujui satu resolusi yang berisi antara lain sebagai berikut.
- Pemboikotan barang-barang buatan Belanda, di seluruh negara-negara Arab.
- Pemutusan hubungan diplomatik antara negara-negara Arab dan Belanda.
- Penutupan pelabuhan dan lapangan terbang di wilayah Arab terhadap kapal dan pesawat Belanda.
- Pembentukan perangkat kesehatan untuk menolong korban Agresi Belanda.
SUMBER
1. kompasiana.com/jansent/5ecf86cd097f36118911bb92/pengakuan-kemerdekaan-indonesia-dari-mesir?page=all
2. Hermawan,dkk.2018. Sejarah 3 Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: Yudhistira.
3. Melkisedek dkk.2019. Sejarah kelas XII Peminatan Ilmu-ilmu Sosial. Bekasi: Intan Pariwara
3. id.wikipedia.org
Comments
Post a Comment