1. Munculnya Kekuatan Politik Baru
Salahsatu penyebab keruntuhan Majapahit adalah pertentangan-pertentangan dalam memperebutkan kekuasaan atas tahta kerajaan yang telah berlangsung berlarut-larut antara keluarga raja-raja Majapahit. Seperti yang telah penulis kemukakan, adanya pertentangan-pertentangan tersebut telah menimbulkan kelemahan dan kemunduran di berbagai bidang, khususnya di pusat kerajaan Majapahit.
Penaklukan Majapahit oleh Demak harus dipandang sebagai akibat dari adanya perebutan kekuasaan antara keluarga-keluarga raja. Dalam hal ini, tindakan penguasa Demak dapat dipandang sebagai perjuangan dari seorang penguasa daerah untuk menguasai Majapahit. Menurut Pigeaud sejak awal, Demak hanya sebuah wilayah meliputi daerah-daerah di pesisir utara Jawa yang termasuk ke dalam lingkungan kekuasaan Majapahit (Hasan Djafar, 2009: 122).
Selain itu, didalam sumber-sumber tradisi, seperti Babad Tanah Jawa dan Serat Kanda disebutkan bahwa penguasa Demak adalah keturunan Prabu Brawijaya Raja Majapahit. Bahkan, di dalam Carita Purwaka Caruban Nagari disebutkan bahwa Raden Patah, sultan Demak I, adalah putra Prabu Brawijaya Kertabhumi (Atja, 1972:52 dan 88; Sulendraningrat, 1972:19). Jadi penguasa Demak yang merupakan keturunan prabu Brawijaya itu merasa berhak atas tahta dan kekuasaan kerajaan Majapahit (Hasan Djafar, 2009: 123).
Apabila sumber itu -dapat diterima- maka penyerangan Raden Patah ke Majapahit bermotif politik. Hasilnya dapat ditafsirkan sebagai motif balas dendam terhadap Ranawijaya yang telah meruntuhkan kekuasaan ayahnya di Majapahit pada saka 1400. oleh karena itu ia menganggap dirinya sebagai keturunan Kertabhumi.
Akan tetapi, agama Islam telah memainkan peranan penting sebagai faktor kedua yang mendorong terjadinya penaklukan Majapahit oleh Demak. Oleh karena itu, kita harus mengakui bahwa penaklukan Majapahit oleh Demak itu mempunyai latarbelakang keagamaan, yaitu bermotifkan Perang Sabil yang dilancarkan oleh Kesultanan Islam Demak terhadap kerajaan kafir Majapahit. Pada 1519 Demak berhasil meruntuhkan dan menguasai Kerajaan Majapahit (Hasan Djafar, 2009:123-124).
Salahsatu penyebab keruntuhan Majapahit adalah pertentangan-pertentangan dalam memperebutkan kekuasaan atas tahta kerajaan yang telah berlangsung berlarut-larut antara keluarga raja-raja Majapahit. Seperti yang telah penulis kemukakan, adanya pertentangan-pertentangan tersebut telah menimbulkan kelemahan dan kemunduran di berbagai bidang, khususnya di pusat kerajaan Majapahit.
Penaklukan Majapahit oleh Demak harus dipandang sebagai akibat dari adanya perebutan kekuasaan antara keluarga-keluarga raja. Dalam hal ini, tindakan penguasa Demak dapat dipandang sebagai perjuangan dari seorang penguasa daerah untuk menguasai Majapahit. Menurut Pigeaud sejak awal, Demak hanya sebuah wilayah meliputi daerah-daerah di pesisir utara Jawa yang termasuk ke dalam lingkungan kekuasaan Majapahit (Hasan Djafar, 2009: 122).
Selain itu, didalam sumber-sumber tradisi, seperti Babad Tanah Jawa dan Serat Kanda disebutkan bahwa penguasa Demak adalah keturunan Prabu Brawijaya Raja Majapahit. Bahkan, di dalam Carita Purwaka Caruban Nagari disebutkan bahwa Raden Patah, sultan Demak I, adalah putra Prabu Brawijaya Kertabhumi (Atja, 1972:52 dan 88; Sulendraningrat, 1972:19). Jadi penguasa Demak yang merupakan keturunan prabu Brawijaya itu merasa berhak atas tahta dan kekuasaan kerajaan Majapahit (Hasan Djafar, 2009: 123).
Apabila sumber itu -dapat diterima- maka penyerangan Raden Patah ke Majapahit bermotif politik. Hasilnya dapat ditafsirkan sebagai motif balas dendam terhadap Ranawijaya yang telah meruntuhkan kekuasaan ayahnya di Majapahit pada saka 1400. oleh karena itu ia menganggap dirinya sebagai keturunan Kertabhumi.
Akan tetapi, agama Islam telah memainkan peranan penting sebagai faktor kedua yang mendorong terjadinya penaklukan Majapahit oleh Demak. Oleh karena itu, kita harus mengakui bahwa penaklukan Majapahit oleh Demak itu mempunyai latarbelakang keagamaan, yaitu bermotifkan Perang Sabil yang dilancarkan oleh Kesultanan Islam Demak terhadap kerajaan kafir Majapahit. Pada 1519 Demak berhasil meruntuhkan dan menguasai Kerajaan Majapahit (Hasan Djafar, 2009:123-124).